Semua direncanakan begitu mendadak. Ya, memang mendadak.
Semua berawal dari cerita Colbek (nama sebenarnya Angga) ketika melakukan
lintas pegunungan Latimojong dari puncak
Sinaji ke puncak Rantemario (puncak tertinggi pegunungan latimojong). Saya akhirnya
tertarik melakukan pendakian ke gunung Sinaji. Bagaimana tidak, katanya dari
semua puncak yang ia lalui ketika lintas (semuanya ada 12 puncak), puncak
Sinaji lah yang menurutnya paling indah. Belum lagi ketika dia menceritakan
jalur pendakian ke gunung Sinaji yang menurutnya sangat menantang, saya menjadi
semakin tertarik untuk mencapai puncak Sinaji. Akhirnya mulailah saya merancang
pendakian dan mengajak teman-teman yang lain untuk ikut. Setelah melalui bujuk
rayu yang panjang yang menghabiskan bercanteng-canteng kopi, akhirnya saya
berhasil meyakinkan beberapa teman untuk ikut bersama saya dalam pendakian.
Adalah Kapur (Jelvan), Phiton (Adnan), Helmet (Kia), dan Colbek (Angga) sendiri, mereka termakan oleh bujuk rayu saya. Setelah melapor ke Badan Pengurus OPA Bivi
Toraja Adventure (Ini dikarenakan kita akan membawa atribut-atribut organisasi
seperti slayer dan bendera), mereka akhirnya menyetujui kegiatan ini dan fix
lah kami berangkat, 26-28 Agustus 2012.
Malam sebelum hari pendakian, kami sibuk di secretariat mempersiapkan
barang dan bekal di perjalanan besok. Yang begitu istimewa, malam itu ada 2
orang teman dari SISPALA SMAN 1 Makale yang datang berkunjung. Salah seorang
dari mereka yang berkunjung terkenal kocak dan sangat lucu (kata teman2 PA di
Toraja, dia maskot di tiap kegiatan PA Tana Toraja). Dan benar juga,
kita terpaksa begadang gara-gara leluconnya yang tiada habisnya, huhhh dasar Colbek (namanya jg Colbek, Colbek SISPALA). Ya tapi seru lah, sangat berkesan. Thank You Colbek Sispala.
Hari yang dinanti pun tiba. Minggu 26 Agustus 2012, kami berkumpul di secretariat OPA Bivi Toraja Adventure, rumah kami bersama. Setelah berdoa bersama, sekitar pukul 9 kami diantar teman-teman yang tidak ikut mendaki ke tempat menunggu mobil angkutan ke Karangan, kampung pertama yang kami tuju sebelum melanjutkan ke kaki gunung, desa Uluway. Sekitar 5 menit menunggu, yang ditunggu akhirnya datang dan kami pun berangkat dengan sebuah lagu, tembang terakhir yang diputar dari playlist di handphone milik Phiton, “Rastaman in Love”, hahahah asikkk. Sekitar 15 menit di atas mobil, kami akhirnya turun di Karangan tepatnya di persimpangan jalan menuju ke Desa Rantelimbong. Di tempat ini saya bertemu dengan teman saya dari KPA Omega Fisika Unhas. Saat itu dia sedang ikut dalam iring-iringan pengantar pengantin dan pengantinnya adalah kakak kandungnya. Dia bilang, “Nanti kalo pulang dari Sinaji, singgah dirumah di Rantelimbong nah”. Aku jawab “Okeyyyy”.. hahaha.
kita terpaksa begadang gara-gara leluconnya yang tiada habisnya, huhhh dasar Colbek (namanya jg Colbek, Colbek SISPALA). Ya tapi seru lah, sangat berkesan. Thank You Colbek Sispala.
Hari yang dinanti pun tiba. Minggu 26 Agustus 2012, kami berkumpul di secretariat OPA Bivi Toraja Adventure, rumah kami bersama. Setelah berdoa bersama, sekitar pukul 9 kami diantar teman-teman yang tidak ikut mendaki ke tempat menunggu mobil angkutan ke Karangan, kampung pertama yang kami tuju sebelum melanjutkan ke kaki gunung, desa Uluway. Sekitar 5 menit menunggu, yang ditunggu akhirnya datang dan kami pun berangkat dengan sebuah lagu, tembang terakhir yang diputar dari playlist di handphone milik Phiton, “Rastaman in Love”, hahahah asikkk. Sekitar 15 menit di atas mobil, kami akhirnya turun di Karangan tepatnya di persimpangan jalan menuju ke Desa Rantelimbong. Di tempat ini saya bertemu dengan teman saya dari KPA Omega Fisika Unhas. Saat itu dia sedang ikut dalam iring-iringan pengantar pengantin dan pengantinnya adalah kakak kandungnya. Dia bilang, “Nanti kalo pulang dari Sinaji, singgah dirumah di Rantelimbong nah”. Aku jawab “Okeyyyy”.. hahaha.
Selanjutnya, dari Karangan kami melanjutkan perjalanan ke
desa Rantelimbong dengan berjalan kaki. Jalan yang kami laluiadalah jalan aspal
namun sial, tak ada satu pun mobil yang lewat yang bisa memberi tumpangan
gratis (maksudnya Truk, hahahah). Tiba di Rantelimbong, kami tidak istirahat
dan langsung melanjutkan perjalanan ke kampong Maliba’. Sebagai info, Karangan
tadi adalah wilayah Tana Toraja sedangkan Rantelimbong adalah daerah kab.
Enrekang. Sedangkan Maliba’, kampung setelah Rantelimbong termasuk ke daerah
kab. Tana Toraja. Perjalanan ke Maliba’ sungguh melelahkan karena jalur yang
ditempuh naik turun ditambah teriknya matahari yang selain menambah eksotisnya
kulit juga menambah beratnya langkah kaki. Untungnya di tengah perjalanan ada truk
yang lewat tapi sayang, truknya hanya mengantarkan kami sekitar 4 kiloan saja
tapi lumayanlah daripada jalan kaki. Akhirnya setelah berjalan kaki lagi, kami
pun tiba di Maliba’ dan beristirahat sejenak. Setelah beristirahat sekitar 10
menit, kami melanjutkan perjalanan ke desa terakhir, desa uluway. Di tengah
perjalanan kami, kembali dewi fortuna menghampiri. Sebuah truk melintas dan
kemudian membawa kami sampai di desa terakhir. Dan ini dia, desa Uluway,
dikelilingi oleh gugusan pegunungan Latimojong, beautifull. Kemudian, dari sini
kami melanjutkan perjalanan lagi. Tujuan kami ialah tempat yang baik untuk
membuat camp di kaki gunung dan berada tepat di jalur pendakian. Dan sampailah
kami pada tempat yang dimaksud dan mendirikan camp lalu bermalam disini.
Malam yang indah, penuh dengan cerita dan canda tawa. Lalu
datanglah pagi menghantarkan semangat baru pada kami. Senin 27 Agustus 2012
setelah bangun pagi dan sarapan, kami kembali bersiap-siap untuk memulai
pendakian ke puncak Sinaji. Pukul 09.00, packing selesai, kami berdoa lalu
mulai mendaki. Target kami hari ini adalah puncak. Sebagai info, Gunung Sinaji
terdiri dari 6 Pos (Dulunya 5 pos) dengan pos 6 adalah puncak Sinaji.
Perjalanan kami ke pos 1 belum terasa begitu berat karena jalur yang dilalui
kebanyakan masih landai. Hanya ketika kami mulai dekat dengan pos 1, jalur
mulai terjal dan membuat kaki mulai malas melangkah. Setelah tiba di pos 1 kami
berhenti sejenak dan mengambil nafas karena menurut Colbek, jalur ke pos 2 akan
sangat terjal dan berbahaya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke pos 2 dan
benar saja, jalurnya sangat terjal hingga membuat nafas tersengal-sengal begitu
hebat. Melihat tanjakan yang tak kunjung henti, saya kemudian berkata dalam
hati, “Sepertinya ini tanjakan yang tak berujung”. Kondisi jalur yang seperti
ini membuat “pendaki pemaksa kaki” seperti saya dan Kapur selalu berada paling
belakang bahkan Colbek, Phiton, dan Kia cenderung meninggalkan kami terlalu
jauh sampai kami kadang harus berteriak
memanggil bila kami kehilangan jalur. Kali ini dewi fortuna sepertinya menjauhi
kami hingga akhirnya turun hujan dan membuat kami semakin lemah berjalan karena
kedinginan. Fisik boleh lemah tapi semangat tak boleh redup biar dingin tidak
mengalahkan kita dan akhirnya kami tiba di pos 2. Kuaktifkan hanphoneku dan
kulihat jam menunjukkan puku 11.45, sudahampir 3 jam kami berjalan. Disini kami
memasang flysheet karena hujan semakin deras dan memasak (masak energen sama
indomie). Kubakar sebatang rokok dan asooyy, nikmatnya bukan main. Di pos ini
tidak terdapat sumber air jadi kami menggunakan flysheet untuk menampung air
hujan buat keperluan masak. Hangatnya energen membawa kami pada lelucon-lelucon
yang membuat tawa seperti terlepas sendiri dari dada menambah hangatnya
kebersamaan yang memang selalu hangat diantara kami. Pukul 12.30, hujan
berhenti dan kami mulai membongkar flysheet dan kembali mengemas barang-barang.
Perjalanan kembali kami lanjutkan ke pos 3. Dari pos 2 ke pos 3, jalurnya tetap
menanjak terjal dengan lumut-lumut tebal sepanjang jalan. Akhirnya tibalahlah
kami di pos 3, jaraknya dari pos 2 tidak terlalu jauh. Di pos ini kami cuma
berhenti sejenak untuk merekam data dan melanjutkan perjalanan ke pos 4. Jalur menuju
ke pos 4 masih tetap terjal dan sangat menantang karena jalurnya masih belum
begitu terbuka ditambah lagi banyak jalur-jalur pengecoh. Seperti biasa, saya
dan Kapur selalu paling belakang dan selalu ditinggal oleh 3 orang” kuda liar”
di depan. Saya dan Kapur sempat kesasar karena kami mengikuti string line yang
salah. Tapi untungnya ketika belum jauh kesasar, string line yang tadi diikuti
hilang dan akhirnya kami putuskan berdua untuk kembali dan mengikuti string
line yang lain. Kami pun kembali ke jalur pendakian ke pos 4. Beberapa kali
kami harus merayap bahkan memanjat pohon agar bisa melewati jalur dikarenakan
masih sangat rapatnya jalur yang kami lalui. Walau dengan kaki yang mulai
pincang karena asam urat, saya dan Kapur akhirnya bisa mencapai pos 4 dan
disana, Phiton dan Kia sudah menunggu sementara Colbek pergi mengambil air di
parit-parit kecil di sebelah kanan pos 4 (masih agak jauh ke bawah). Sekitar 10
menit Colbek pergi mengambil air sampai-sampai saya dan Kia tertidur. Di pos 4
ini terdapat 2 jalur, yang 1 menuju puncak Andes, yang satu menuju puncak yang
akan kami tuju (kedua-duanya masih puncak Sinaji). Kami kemudian melanjutkan
perjalanan menuju ke pos 5. Jalur yang dilewati kali ini masih tetap terjal dan
lebih rapat lagi. Jalur ini banyak mengurus tenaga karena banyak yang harus
dilalui dengan merayap. Kembali seperti biasa, saya dan Kapur selalu di
belakang tapi kali ini Kia juga sepertinya mulai drop hingga harus menemani
kami di belakang. Dalam perjalanan ke pos 5, saya hampir saja ditabrak oleh
Anoa (binatang khas Sulawesi). Ini bermula ketika dalam perjalanan kami
mendengar suara seperti orang berlari dari jurang sebelah kiri. Karena
penasaran saya berhenti dan bermaksud melihatnya dan ternyata seekor Anoa
berlari dengan kencang dari jurang menuju ke arahku. Tapi ketika sudah dekat dengan
saya, dia malah berbelok dan lari terbirit-birit. Saya kaget setengah mati
namun bangga juga akhirnya bisa melihat Anoa, binatang khasnya Sulawesi.
Tanduknya runcing dan badannya lumayan besar, mungkin sebesar banteng dan
warnanya hitam pekat. Setelah kejadian itu, kami bertiga istirahat dan makan
snack Indomie karena saya dan Kia tiba-tiba sangat lapar. Kami kemudian melanjutkan
perjalanan ke pos 5 dan setelah dengan sisa-sisa tenaga yang dikuras jalur,
kami akhirnya mencapai pos 5. Disini kami hanya berhenti sejenak mengambil
nafas kemudian melanjutkan perjalanan ke pos 6 (puncak). Jalur kali ini agak
landai dan mulai didominasi oleh pohon-pohon kerdil khas puncak (orang Toraja
menyebutnya pohon Sapuko). Dan
akhirnya pucak Sinaji, kami berhasil mencapainya. Kembali kuaktifkan hanphone
dan kulihat jam menunjukkan pukul 15.20. Perjalanan yang melelahkan namun
terbayarkan dengan lebih oleh sambutan hangat dan senyum ramah puncak Sinaji.
Terlihat di depan triangulasi tertulis 2427Mdpl, oh tidak sekarang aku sedang
berdiri lebih tinggi dari presiden sana. Setelah puas melirik sekelileng dan
mengambil gambar, kami kemudian mendirikan tenda, ganti baju dan masak kopi.
Ini dia saat-saat terbaik dalam mendaki. Ketika kita melepaskan susah dalam
perjalanan, ketika kita melepaskan beban di pundak, ketika kita mengganti baju
basah dengan yang kering, lalu mulai menikmati kopi yang dibumbui dengan asap
rokok apalagi ditambah dengan malkist abon, sepertinya kitalah orang yang
paling bahagia di dunia.
Malam di puncak begitu dingin dan lagi-lagi diisi dengan
cerita-cerita konyol namun begitu menarik untuk didengar. Alunan musik reggae
dari hanphone milik Phiton menemani kita bercerita. Namun sayang sekali karena
malam itu turun hujan diiringi angin kencang sehingga kami memilih untuk tidur
cepat padahal rencananya kami akan membuat api. Keesokan harinya sekitar pukul
5.30, kami semua bangun dengan harapan di kepala melihat sunrise namun
lagi-lagi sayang, puncak Sinaji tertutup kabut sehingga sunrise tidak terlihat.
Puncak Sinaji
Sekitar pukul 8 pagi, kabut yang tadinya menyelimuti puncak
mulai menghilang dan pemandangan dari puncak Sinaji pun mulai terlihat. Setelah
puas menikmati pemandangan, dan mengambil foto, kami kembali bersiap dan mulai
berkemas. Oh iya, dikarenakan di puncak tidak ada sumber air, jadi pendaki
hanya mengandalkan genangan air hujan yang ditampung dengan menggunakan vedples
yang ditinggalkan pendaki sebelumnya. Jadi sebelum meninggalkan puncak, kami
terlebih dahulu membuat sedemikian rupa vdples kami agar bisa menampung air dan
meninggalkannya di puncak. Mudah-mudahan nantinya akan berguna bagi pendaki
lain. Setelah packing selesai, kami kembali berdoa dan mulai turun gunung.
Target kami hari ini adalah sekretariat OPA Bivi Toraja Adventure. Perjalanan
menuruni puncak membuat kaki-kaki kami terasa sakit dan sangat menyiksa. Sekitar
pukul 2 sore, kami tiba di kaki gunung tempat kami bermalam sebelum di puncak.
Disini kami mandi dan makan lalu pukul 5 sore kami melanjutkan perjalanan
pulang. Lagi-lagi kami berjalan kaki menuju Karangan hingga saya berinisiatif
untuk meminta bantuan kepada teman-teman yang ada di sekret untuk datang menjemput
kami dengan sepedamotor dikarenakan hari sudah malam dan besar kemungkinan kami
akan sampai di Karangan tengah malam. Sambil berjalan kaki, kami menunggu
teman-teman dating menjemput. Sekitar jam 9, kami akhirnya bertemu dengan para
penjemput, lega akhirnya. Kami pun pulang ke sekretariat setelah sebelumnya
kami singgah makan malam dirumah teman di desa Rantelimbong. Lega rasanya bisa
tiba kembali di sekretariat dengan selamat membawa cerita dari gunung Sinaji
dan membagikannya kepada teman-teman yang telah menunggu penasaran.
Demikianlah sedikit ingatanku, semoga bermanfaat..
BTA 002 I 2005
PinkQ (Ascender)
PinkQ (Ascender)
Gunungnya di Toraja ya..
ReplyDeleteMakasih datanya sob...
I am genuinely pleased to glance at this blog posts which consists of lots of valuable data,
ReplyDeletethanks for providing these information.
Look at my weblog - Pearl jewellery
Therе iѕ сomplete diѕclosure,
ReplyDeleteaνoiding any regulatοгy іnteгventiоn.
The baѕic aсcounting equatiοn,
in a way, "hides" сapital, revenuеs, еxpenѕes and draωing іn one basіc accounting element, the owner's equity. This is because the information presented by management accounting is proposed for internal viewers and is not available to the public like the information presented in financial accounting (Accounting for Management, 2009).
my web site ... article complet